Berita Kegiatan Lokakarya Menghias Altar di Gereja Santo Paulus Miki Salatiga

Pada hari Sabtu, 4 Oktober 2025 pukul 08.30, di Gereja Santo Paulus Miki Salatiga diselenggarakan kegiatan Lokakarya Menghias Altar dengan Ceria dan Sukacita. Dengan tema “Merangkai Alam, dalam Sukacita Membawa Umat Berliturgi di Gereja GPM Salatiga”, kegiatan ini diikuti oleh para petugas liturgi dan perwakilan umat.

Lokakarya ini bertujuan memberikan panduan praktis sekaligus menegaskan prinsip dasar menghias altar dalam tradisi Gereja Katolik. Panduan tersebut menekankan bahwa dekorasi altar harus tetap sederhana, anggun, dan selaras dengan martabat liturgi. Hiasan bukanlah sekadar memperindah ruangan, melainkan wujud persembahan umat kepada Tuhan yang mendukung fokus pada misteri Ekaristi.

Beberapa prinsip dasar yang kembali ditegaskan adalah:

Kesederhanaan dan Keselarasan – Menghindari hiasan berlebihan, tetap anggun dan sesuai fungsi altar.
Kesesuaian dengan Musim Liturgi – Warna dan bunga digunakan menyesuaikan dengan kalender liturgi (misalnya putih untuk Natal dan Paskah, hijau untuk masa pertumbuhan iman).
Kualitas dan Keaslian – Disarankan menggunakan bunga asli, bukan plastik, sebagai tanda persembahan umat yang tulus dan otentik.
Fungsi dan Makna – Dekorasi altar dipandang sebagai sarana memperdalam pemahaman umat, bukan sebagai pusat perhatian.

Dalam sesi diskusi, beberapa poin penting juga disepakati bersama:

Hiasan altar tidak boleh menutupi relief Perjamuan Kudus.
Sekitar tabernakel tidak diletakkan rangkaian bunga, demi menjaga fokus pada Sakramen Mahakudus.
Pelibatan umat dalam tata altar tetap dilanjutkan dengan semangat sukacita agar tidak menjadi beban, tetapi menjadi persembahan hidup dari hati yang tulus.
Tanaman yang ada di lantai 4 GPM boleh dipakai untuk altar dengan tanggung jawab untuk merawat dan mengembalikannya.
Untuk Oktober–Desember 2025, hiasan altar akan melibatkan partisipasi wilayah dengan subsidi paroki Rp150.000 per minggu.
Tanggung jawab tata altar tidak hanya soal penataan bunga, tetapi juga menjaga kebersihan altar, termasuk dalam misa harian.

Romo juga menegaskan bahwa altar Gereja Paulus Miki harus mencerminkan keindahan dan kesakralan, bukan hanya bagi umat paroki, tetapi juga bagi umat dari luar yang hadir. Dengan semangat kebersamaan, setiap umat diajak untuk menjaga altar agar tetap indah, sederhana, dan bermartabat.

Lokakarya ini diakhiri dengan ajakan penuh semangat: “GPM milik kita, GPM tanggung jawab kita. Saya dan Anda adalah GPM, karena GPM tetap di hati. I love GPM.”